Menyambut Ramadhan bagi Ibu Menyusui: Amankah Berpuasa?

Alhamdulillah, Ramadhan hampir tiba. Bulan rahmat dan berkah, menjadikan umat semangat berpuasa dan beribadah mengumpulkan pahala berlimpah. Bagi ibu menyusui, mungkin kadang terpikir: amankah untuk berpuasa sambil menyusui? Artikel ini insyaaAllah akan membahas dari berbagai sisi.


Panduan menyusui telah tertulis dalam Al-Qur’an, yaitu QS. Al-Baqarah (2):233 dan QS. Luqman (31):14; yang menganjurkan untuk menyusui hingga 2 tahun bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Panduan dari WHO (World Health Organisation) pun sejalan, yaitu rekomendasi untuk menyusui hingga 2 tahun atau lebih (bagi yang ingin melanjutkan penyusuan); dengan menyusui bayi secara ASI eksklusif pada 6 bulan pertama untuk tumbuh kembang optimal, dan menyusui yang dilanjutkan bersama makanan pendamping yang bernutrisi. 


Perlu ibu ketahui bahwa tipe puasa intermiten saat Ramadhan tidak mempengaruhi kandungan ASI. Berbagai hasil penelitian melaporkan bahwa berpuasa tidak mengubah kandungan nutrisi mayor (karbohidrat, protein, dan lemak) di dalam ASI. Kandungan nutrisi minor (Magnesium, Zinc, Natrium, Kalium, Fosfat) mengalami perubahan signifikan, namun hal ini hanya sementara dan tidak mempengaruhi pertumbuhan bayi jangka pendek. Tubuh ibu akan beradaptasi dengan perubahan asupan makan dan memakai kalori dalam tubuh ibu untuk memproduksi ASI secara optimal.   

 

Jika ibu menyusui ingin berpuasa saat Ramadan, tentunya bisa saja, selama tidak ada dampak negatif terhadap kesehatan ibu dan bayi. Ibu dapat mempertimbangkan situasi dirinya dan bayi sebelum memutuskan berpuasa atau tidak, karena status kesehatan setiap ibu dan bayi berbeda. Jika ibu merasa sanggup, yakin akan kesehatan ibu dan bayi selama berpuasa, ibu dapat memutuskan untuk berpuasa. Namun jika ibu kuatir akan dampak berpuasa pada kesehatan ibu atau bayi, ibu dapat memilih tidak berpuasa. Ibu menyusui bisa dikategorikan “sakit” jika kondisi kesehatan ibu tidak memungkinkannya berpuasa dan/atau mempengaruhi kondisi bayi.


Dengan rahmat dan cinta-Nya, Allah memberikan kemudahan terkait puasa Ramadhan bagi ibu menyusui. Dalam QS. Al-Baqarah (2):184: “Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin”.


Sebagai panduan umum dari sisi kesehatan, saat ibu menyusui ASI eksklusif untuk bayi pada 6 bulan pertama, dianjurkan untuk tidak berpuasa dulu. Ibu sedang beradaptasi dengan perubahan hormon menyusui yang meningkatkan rasa haus, dan banyak dilaporkan bahwa ibu merasakan peningkatan rasa haus saat menyusui bayi pada periode ini. Saat bayi berusia antara 6 hingga 12 bulan, WHO merekomendasikan ASI sebagai nutrisi utama. Hal ini berarti tidak mengurangi frekuensi atau jumlah menyusui saat ibu mulai memperkenalkan makanan pendamping pada bayi. Menyusui bayi dahulu sebelum menawarkan makanan pendamping, karena makanan pendamping tidak bertujuan untuk menggantikan ASI, yang komposisinya lebih baik dan lebih padat nutrisi dibandingkan sayur rebus, buah, daging cincang, atau nasi tim. Tetap sering menyusui bayi pada periode ini akan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang sesuai dengan usia; adalah wajar jika ibu mempertimbangkan dan memutuskan untuk belum berpuasa dahulu pada periode ini. 


Saat berusia diatas 12 bulan, beberapa bayi mulai memilih untuk makan lebih sering, dan ibu bisa menimbang perubahan situasi. Beberapa bayi mulai aktif bergerak dan terkadang (tidak selalu) memilih menyusu lebih jarang di siang hari; kemudian memilih menyusu lebih sering saat malam saat situasi lebih tenang. Jika ibu merasa sanggup, ibu dapat mencoba berpuasa dan lihat perkembangannya. Jika berjalan lancar, Alhamdulillah.

 

Jika tetiba, misal bayi minta menyusu lebih sering di siang hari atau ibu merasa pusing/sakit kepala/perubahan kesadaran, maka sangat dianjurkan untuk segera berbuka. Allah Maha Tahu niat kita dan Allah tahu kita mencoba. Pulihkan kondisi ibu dan pertimbangkan kesehatan ibu (dan bayi) sebelum memutuskan mencoba berpuasa lagi. Tidak apa menimbang dan menjalani hari ke hari. Mungkin ibu bisa mencoba puasa 1 hari/tidak berpuasa 2 hari secara reguler, atau 2-3 hari per minggu, atau pola ini bisa berubah sesuai situasi Ibu dan bayi hari ke hari. Jika ibu punya kondisi medis atau perlu obat secara rutin, dianjurkan agar berkonsultasi dengan dokter dan mempertimbangkan saran tersebut sebelum mengambil keputusan. Memutuskan berpuasa atau tidak, penting bagi ibu untuk merespon segera menyusui saat bayi menunjukkan tanda awal ingin menyusui.


Hal yang bisa ibu coba untuk membantu menjaga kondisi jika ibu menyusui memutuskan untuk berpuasa:


1. Tetap terhidrasi: Jaga konsumsi cairan setiap hari. Minum air sedikit-sedikit tapi sering di antara berbuka dan sahur. Minum air terlalu banyak sekaligus saat sahur justru membuat kandung kemih segera penuh dan BAK banyak sebelum puasa mulai, dan ibu bisa merasa lebih haus setelahnya. Hindari minuman berkafein (kopi, teh, soda, coklat) karena membuat badan terdehidrasi dan lebih haus.


2. Jaga asupan nutrisi: Penting untuk tidak melewatkan sahur dan berbuka! Sebisanya kurangi  garam, karena bisa membuat kita lebih mudah haus. Meal plan per minggu bisa membantu ibu merencanakan menu padat nutrisi. Untuk sahur: karbohidrat kompleks (whole grain, brown rice, granola, quinoa) membuat  kita merasa kenyang lebih lama dibandingkan nasi putih, pasta, atau roti tawar. Sertakan protein, sayur dan buah, serta lemak baik (ikan, alpukat, kacang-kacangan) dalam menu. Segerakan berbuka, dengan makanan padat energi dan tinggi kandungan air untuk memulihkan tenaga. Beberapa menu kreatif seperti: smoothies kurma dan susu, green smoothies, atau sup kaldu dengan legumes (bisa masak jumlah besar dan dibekukan sesuai kebutuhan). Konsumsi snack bernutrisi antara buka dan sahur: kacang, kurma, granola, buah (plus nut butter untuk extra nutrisi). Jika sulit menghindari gorengan atau jajanan manis, pastikan kita sudah makan makanan bernutrisi sebelum menikmati jajanan. 


3. Jangan terlalu lelah: Rencanakan aktivitas harian. Take it easy dan hindari paparan panas berlebih. Pilih kegiatan tenang yang bisa dilakukan indoor. Bagi stay-at-home mums, sempatkan istirahat di antara berbenah. Turunkan ekspektasi, tidak semua harus segera dikerjakan. Ibu juga perlu beristirahat karena badan ibu juga sedang memberikan nutrisi untuk bayi. Ramadan adalah saat yang istimewa, energi yang pulih setelah ibu beristirahat bisa ibu gunakan untuk beribadah.


4. Saat menyusui: Terkadang, “stress fisik” saat berpuasa dapat mempengaruhi LDR (let-down reflex/aliran ASI). LDR bisa mengalir lebih lambat dan bayi terkadang sedikit lebih rewel. Hal ini hanya sementara. Payudara ibu berisi kelenjar air susu yang bekerja serupa dengan kelenjar air liur. Saat kita sakit/lelah/takut/stress, kadang mulut terasa kering, namun air liur tidak pernah habis. Jika menelan, air liur juga tidak akan habis dan akan diproduksi lagi. Hal yang sama terjadi pada kelenjar ASI di payudara ibu. Beberapa cara yang bisa ibu lakukan untuk membantu LDR/aliran ASI: memijat payudara saat bayi menyusui, menyusui di area yang tenang, menyusui sambil berbaring, atau tarik nafas panjang secara reguler. Hal ini membantu ibu lebih rileks dan tenang, sehingga LDR/aliran ASI menjadi lebih lancar.


5. Jika Ibu memerah ASI: Ibu memutuskan memerah ASI karena berbagai alasan. Serupa dengan menyusui, tujuan memerah adalah mengumpulkan ASI saat ASI mengalir/LDR terjadi. Saran di atas untuk membantu LDR/aliran ASI juga dapat membantu saat ibu memerah ASI. Hal yang juga perlu ibu ketahui saat memerah adalah: bahwa kadang “stress fisik” saat puasa mungkin dapat membuat aliran ASI lebih lambat dan kadang hasil ASI perah mungkin terlihat berbeda. Memerah ASI berbeda dengan menyusui bayi langsung di payudara, sehingga tambahan sesi memerah terkadang diperlukan. Beberapa ibu merasa setelah berbuka dan mendapat asupan nutrisi, badan ibu merasa lebih nyaman dan rileks sehingga LDR/aliran ASI menjadi lebih lancar. 


6. Lanjutkan menyusui malam hari: Hormon prolactin (untuk produksi ASI) secara natural berada pada level paling tinggi pada jam 1 hingga jam 5 dini hari. Lanjut menyusui bayi pada jam-jam ini memastikan tubuh ibu mendapat pesan bahwa “bayi memerlukan ASI dan tubuh ibu perlu terus memproduksi ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi”. Beberapa Ibu merasa posisi menyusui sambil tidur/berbaring (mengikuti anjuran Safe Sleep Seven) cukup membantu ibu beradaptasi untuk tetap beristirahat sambil terus menyusui. Simpan botol air minum di dekat tempat tidur agar mudah bagi ibu untuk minum air saat malam hari sebelum sahur. 


Penting bagi ibu untuk selalu mendengarkan apa yang badan ibu rasakan dan memperhatikan kebutuhan bayi. Ibu bisa mengamati BAK dan BAB bayi untuk memastikan bayi mendapat cukup asupan, yaitu warna BAK yang jernih dan tidak berbau, serta BAB dengan konsistensi lembek. Jika BAK bayi konsisten dan sering berwarna lebih pekat dan berbau pesing saat ibu berpuasa, atau jika ibu menyusui merasa pusing/sakit kepala/perubahan kesadaran/hampir pingsan di tengah berpuasa, segerakan berbuka: sebaiknya dengan air campuran gula garam atau minuman manis atau cairan rehidrasi, dengan jumlah tidak berlebih. 


Jangan merasa bersalah saat membatalkan puasa jika hal ini terjadi, karena kesehatan ibu dan bayi pun penting. Allah tidak menjadikan puasa Ramadan sebagai beban untuk kita, dan Allah menciptakan ibu untuk memberikan ASI sebagai nutrisi bagi bayinya. ASI adalah hak bayi. Ada banyak ibadah yang masih dapat kita lakukan selama Ramadan, jikapun kita memutuskan untuk tidak berpuasa: berdzikir, membaca Al-Qur’an, tarawih dan solat sunnah, berzakat, dsb. Mengasuh bayi dan anak serta menjaga keluarga juga bagian dari ibadah jika kita niatkan karena Allah. 


Semoga informasi di atas dapat membantu ibu menyusui mengambil keputusan yang terbaik untuk diri ibu dan bayi terkait berpuasa, tergantung situasi masing-masing, di bulan Ramadhan ini. 


Selamat menyambut Ramadan, Ibu. Semoga Allah lancarkan segala kegiatan ibadah kita, dan semoga segala berkah dan rahmat Allah tercurah kepada kita semua di bulan suci ini.[]

Oleh: Sis Inggita Shintowati, MBBS. MD. MHM. Cert IV Breastfeeding Education (Counselling)